RATU CANTIKA BALQISH_UTS_BK KARIR
TEORI TRAIT AND FACTOR
Ratu Cantika Balqish
( 1193351004)
BK REGULER A 2019
Teori Trait and Factor dikembangkan berdasarkan sumbangan beberapa ahli perkembangan karir seperti frank parson, E. G. Williamson, D. G. Patterson, J.G. Darley, dan Miller yang tergabung dalam kelompok “Minnesota” (Munandir, 1996).
Istilah “Trait” itu sendiri merujuk pada karakteristik yang dapat diukur melalui tes. “factor” merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk penampilan kerja yang sukses. Jadi istilah “trait and factor” merujuk pada penilaian karakteristik individu dan pekerjaan. Teori Trait and factor memberikan asumsi bahwa kecocokan antara trait dengan factor akan melahirkan kesuksesan dalam suatu karir yang dilalui oleh seseorang dan begitu sebaliknya kegagalan dalam mencocokkan Trait dengan factor akan menimbulkan kegagalan dalam sebuah pekerjaan.
Konseling dengan pendekatan Trait and Factor, digolongkan ke dalam kelompok pendekatan pada dimensi kognitif atau rational. Dalam proses penanganan kasus konseling menggunakan metode rational. Teori atau pendekatan ini secara intelektual, logis dan rasional menerangkan, memecahkan kesulitan-kesulitan klient dalam suatu proses konseling. Konseling dengan pendekatan Trait and Factor atau pendekatan rasional ini sering disebut konseling yang direktif (directive counseling), karena konselor secara aktif membantu klien mengarahkan perilakunya menuju pemecahan kesultannya, sehingga konseling ini juga disebut konseling yang “counselor centered” dan ada juga yang menyebutnya sebagai “clinical counseling”. Akan tetapi beberapa ahli mengatakan bahwasannya pendekatan konseling ini, sangat berpengaruh atau bersifat “directive”.
Penerapan Teori Trait and Factor
Dari pemahaman teori trait and factor banyak hal yang bias dilakukan oleh seorang konselor dalam penerapannya dilapangan. Secara garis besar, setidaknya ada empat langkah yang diterapkan konselor, yaitu:
- Mengenal klien, dengan data yang akurat dan lengkap sehingga data kien menjadi modal awal bagi konselor untuk melakukan proses preventif, kuratif dan diploment.
- Mengadakan peninjauan terhadap berbagai pekerjaan yang ada, dilengkapi dengan pengenalan sifat pekerjaan, keahlian yang dibutuhkan pekerjaan dan prasyarat lainnya, sehingga seorang konselor betul memiliki referensi, wawasan luas dan sempurna tentang pekerjaan dan jabatan yang ada.
- Mencocokan potensi (bakat, minat, kecendrungan, keahlian dan kondisi objektif lainnya) yang dimiliki oleh klien dengan pekerjaan dan jabatan yang ada.
- Melakukan konseling dengan klien dan mendiskusikan perihal sehubunggan dengan data diri dan pekerjaan, untuk melakukan pilihan, keputusan diri dan berbagai solusi terhadap masalah yang dialami klien.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa konseling karir mencocokkan kedua factor ini, yaitu diri dan okupasional. Dengan bertambahnya pengalaman, maka proses penyesuaian menjadi lebih efisien. Williamson (Issacson 1977: 38), menunjukkan konseling melibatkan enam langkah antara lain:
- Analisis, mengumpulkan data tentang individu, dapat dilakukan dengan wawancara, catatan harian, otobiografi dan tes psikologi
- Sintesis: Merangkum, menggolongkan dan menghubungkan data yang diperoleh sehingga memperoleh gambaran tentang kelemahan dan kelebihan individu.
- Diagnosis: Masalah dan sebab-sebabnya dikemukakan. Menarik kesimpulan logis atas dasar gambaran, pribadi individu yang diperoleh dari hasil analisis dan sintesi
- Prognosis: kemungkinan keberhasilan setiap pilihan diperiksa.
- Konseling: Konselor membantu klien untk memahami, menerima dan menggunakan informasi tentang diri dan okupasi-okupasi.
- Tindak lanjut: Pengecekan dilakukan mengenai kesesuaian keputusan-keputusan dan kebutuhan akan bantuan lanjutan.
Analisis Teori Trait and Factor
Menurut (Hadiarni dan Irman, 2009: 98).Di antara keunggulan yang dimilikinya adalah:
- Klien mendapatkan data yang akurat dan valid tentang dirinya, yang diperoleh melalui tes psikologi dan non tes yang dikerjakan oleh konselor secara ilmiah.
- Klien mendapatkan berbagai informasi dunia kerja dan berbagai persyaratan yang mesti dimiliki untuk dimasuki dunia kerja tersebut.
- Klien mendapatkan berbagai tawaran terhadap pilihan pekerjaan, kepuasan karir, dan solusi terhadap berbagai persoalan yang dihadapinya.
Klien akan lebih puas apabila mendapatkan karir sesuai dengan analisis sifat dan factor. Kemungkinan tingkat keberhasilan dan kesuksesan dalam mengeluti karir akan lebih tinggi.
Disamping keunggulan, menurut (Hadiarni dan Irman, 2009: 98- 99) juga ditemukan kelemahan yang dimiliki teori trait and factor, diantaranya adalah:
- Klien lebih bersifat pasif dan yang lebih aktif itu guru pembimbing (konselor).
- Klien akan frustasi apabila tawaran pilihan karir tidak dapat dia temukan, karena klien terbatas pada pilihan karir yang telah diteapkan oleh konselor berdasarkan analisa sifat dan factor.
Dalam konseling yang lebih tahu tentang diri klien adalah klien itu sendiri, tugas dari konselor adalah menemukan potensi diri yang dimiliki klien dan melahirkan kemandirian yang sesungguhanya, sementara dalam konseling trait and factor ini sebaliknya. Dari berbagai keunggulan dalam kelemahan yang dimiliki oleh teori trait and factor, sebagai konselor disekolah maupun diluar sekolah, tentu memiliki sikap dalam penerapan konseling dilapangan, diantara sikap seorang konselor dalam bekerja semestinya melihat dan memahami situasi dan kondisi yang ada, artinya satu teori untuk satu persoalan mungkin cocok dan amat tepat sekali, akan tetapi untuk persoalan yang lain mungkin tidak pas.
SOLUSI DAN IMPLIKASI TEORI TRAIT AND FACTOR BAGI KONSELOR
Teori trait-factor menawarkan sejumlah implikasi bagi para konselor antara lain (M. Thayeb, 1992: 67-68) :
- Karena individu-individu memilikih sifat-sifat yang berhubungan dengan pilihan okupasional yang dapat diukur, maka konselor dapat membantunya memahami dirinya sendiri, minat-minat, bakat-bakat, nilai-nilai dan ketrampilan-ketrampilannya yang dapat ditransfer
- Karena okupasi-okupasi dapat digambarkan menurut tugas-tugas, menjadi tidak asing dengan tugas-tugas okupasional, maka konselor membantu klien mempelajarinya sehingga mereka dapat membedakan dan mengambarkan okupasi-okupasi.
- Karena mempelajari bagaimana mengumpulkan, memahami, dan menerapkan informasi tentang diri dan dunia kerja merupakan suatu ketrampilan penting dan pokok untuk mengambil keputusan-keputusan, maka konselor harus membantu individu-individu mempempelajari ketrampilan
SEJARAH, TUJUAN DAN PRINSIP BIMBINGAN KONSELING KARIR
Di masa lalu, terminologi karir dipadang oleh masyarakat awam sebagai sebuah istilah yang eksklusif dan menjadi wacana dikalangan terbatas saja, misalnya bagi orang yang memiliki.
latar belakang pendidikan tinggi, pejabat publik atau orang yang memegang jabatan struktural, bahkan menyempit dikalangan orang-orang yang sukses di sektor bisnis, pemerintahan dan birokrasi karir. Reduksi esensi karir lainnya adalah pandangan bahwa karir identik dengan kenaikan pangkat atau golongan secara reguler dan puncak karir terjadi ketika seseorang memegang jabatan struKtural Persepsi tentang ‘karir’ seperti yang dipaparkan di atas tidak sepenuhnya benar atau seluruhnya salah. Alasannya adalah banyak istilah yang sepintas memiliki kesamaan makna dengan karir, misalnya task, position, job, occupation, vocation, avocation. Sejatinya karir memiliki spektrum makna yang lebih luas dan dalam dibandingkan istilah sejenis.
Karir mengandung makna urutan okupasi, job dan posisi-posisi yang diduduki sepanjang pengalaman kerja seseorang (Tolbert, 1974). Sejalan dengan pendapat ini, Healy (1982: 5) mengemukakan bahwa karir dapat didefinisikan as the sequence of major position occupied by a person throughout his, or her pre-occupational, occupational and post-occupational life. Kedua pengertian ini menunjukkan bahwa karir seseorang terjadi sejak masa belajar, memiliki pekerjaan, dan saat pensiun.
Permasalahan yang muncul adalah apakah posisi belajar, pekerja dan pensiunan dapat dikatakan sebagai karir? Itulah yang oleh Super (1976) disebut bahwa karir lebih bersifat person oriented. Posisi tersebut dapat dipandang sebagai karir, bergantung pada pandangan seseorang mengenai karir dan perspektif mana yang ia gunakan. Yang paling penting adalah bagaimana kualitas individu berperilaku pada setiap posisi tersebut (Healy, 1982). Dengan asumsi ini dapat dikatakan bahwa kualitas perilaku pada posisi tersebut dapat dirasakan dan bermakna bagi kehidupan individu itu sendiri dan lingkungannva.
Karir dapat dikatakan sebagai suatu rentangan aktivitas pekerjaan yang saling berhubungan; dalam hal ini seseoran memajukan kehidupannya dengan melibatkan berbagai perilaku, kemampuan, sikap, kebutuhan, aspirasi, dan cita-cita sebagai satu rentang hidupnya sendiri (the span of one's' life) (Murray:1983).
Definisi ini memandang karir sebagai rentangan aktivitas pekerjaan yang diakibatkan oleh adanya kekuatan inner person pada diri manusia. Perilaku yang tampak karena adanya kekuatan motivatif, kemampuan, sikap, kebutuhan, aspirasi, dan cita-cita sebagai modal dasar bagi karir individu. Itulah yang oleh Healy (1982) disebut sebagai kekuatan karir (power of caceer). Kekuatan karir ini akan tampak dalam pengguasaan sejumlah kompetensi (fisik, sosial. intelektual, spiritual) yang mendukung kesuksesan individu dalam karirnya.
Prinsip Bimbingan Konseling Karir
Dalam menyelenggarakan layanan bimbingan karir, perlu memperhatikan prinsip-prinsip berikut:
- Bimbingan karir merupakan suatu proses berkelanjutan dalam seluruh perjalanan hidup seseorang, tidak merupakan peristiwa yang terpilah satu sama lain. Dengan demikian. bimbingan karir merupakan rangkaian perjalanan hidup seseorang yang terkait dengan seluruh aspek pertumbuhan dan perkembangan yang dijalaninya.
- Bimbingan karir diperuntukkan bagi semua individu tanpa kecuali. Namun dalam praktiknya prioritas layanan dapat diberikan terutama bagi mereka yang sangat memerlukan pelayanan. Skala prioritas diberikan dengan mempertimbangkan berat-ringannya masalah dan penting tidaknva masalah untuk segera dipecahkan. Oleh karena layanan bimbingan karir diperuntukkan bagi semua siswa, maka pemberian layanan bimbingan karir sebaiknya lebih bersifat preventive- developmental.
- Bimbingan karir merupakan bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang dalam proses berkembang. Dengan demikian ciri-ciri perkembangan pada fase tertentu hendaknya menjadi dasar pertimbangan dalam setiap kegiatan bimbingan karir.
- Bimbingan karir berdasarkan pada kemampuan individu untuk menentukan pilihannya. Setiap individu memiliki hak untuk menentukan pilihan dan mengambil keputusan, tetapi harus bertanggung jawab atas segala konsekuensi dari pilihan/keputusannya itu. Ini berarti bahwa bimbingan karir tidak sekedar memperhatikan hak individu untuk menentukan dan memutuskan pilihan sendiri, tetapi juga membantu individu untuk mengembangkan cara-cara pemenuhan pilihan/putusan itu secara bertanggung jawab.
- Pemilihan dan penyesuaian karir dimulai dengan pengetahuan tentang diri. Hal ini mengandung arti bahwa individu perlu memahami terlebih dahulu kemampuan yang ada dalam dirinya, seperti bakat, minat, nilai-nilai, kebutuhan, hasil kerja/prestasi belajar dan kepribadiannva.
- Bimbingan karir membantu individu untuk memahami dunia kerja dan sejumlah pekerjaan yang ada di masyarakat serta berbagai sisi kehidupannya.
Fenomena atau Kasus Masalah Karir
Jika bimbingan karir dipandang sebagai bentuk perlakuan, maka intervensi bimbingan karir berorientasi masalah. Beberapa ahli, di antaranya Williamson, Bordin, Byrne, dan Robinson mengemukakan klasifikasi masalah karir. Khusus Williamson mendeskripsikan masalah karir menjadi empat jenis yaitu: (1) no choice –individu tidak mampu membedakan secara memadai pilihan karir dan komitmen terhadap pilihan; (2) uncertain choice – individu tidak merasa yakin dengan pilihan karirnya; (3) unwise choice – ketidak keselarasan antara bakat atau minat individu dengan pilihan karirnya; dan (4) discrepancy – ketidakselarasan antara minat dan bakat individu.
Solusi dalam Bimbingan Karir
Untuk mencapai tujuan bimbingan karier, setiap dosen pembimbing memiliki dan dapat menempuh strategi yang berbeda-beda; sesuai dengan latar belakang pendidikan, keahlian dan kondisi objektif klien yang dihadapinya. Namun, apabila dikelompokkan seluruh strategi yang dimaksud melingkupi: (a) strategi instruksional; (b) strategi substansial/interpersonal; dan (c) strategi permainan.
a. Strategi instruksional merupakan bentuk penyelenggaraan bimbingan karir yang diintegrasikan atau dipadukan dalam pengajaran (instruksional). Strategi ini sangat sesuai dijalankan oleh tenaga pengajar. Strategi instruksional cenderung bersifat informatif daripada pemrosesan informasi. Apabila kecenderungan yang terakhir dijadikan fokus strategi, walaupun dijalankan oleh tenaga pengajar, maka dapat diperoleh ketepatgunaannya. Strategi ini pada dasarnya bukanlah penyelenggaraan bimbingan karier, melainkan pengajaran (instruksional) yang menerapkan prinsip-prinsip bimbingan karir dan lebih terfokur pada pemberian informasi karir. Strategi bimbingan karir instruksional yang terpadu dengan pembelajaran merupakan pemrosesan informasi karir secara klasikal atau kelompok melalui penggunaan metode atau teknik-teknik pembelajaran, seperti : pengajaran unit, home room, karyawisata, ceramah tokoh/nara sumber, media audio visual, bibliografi, pelatihan kerja, career day, wawancara, dan paket bimbingan karier.
b. Strategi substansial merupakan bentuk penyelenggaraan bimbingan karier melalui hubungan interpersonal (antara pembimbing dengan klien). Strategi ini lazim dipergunakan oleh dosen pembimbing dalam bentuk wawancara konseling. Untuk mempergunakan starategi ini, diperlukan penguasaan teori dan praktik konseling, di samping disiplin ilmu penunjang yang terkait. Termasuk ke dalam strategi ini ialah teknik genogram dan konseling karier.
KARIR DAN DUNIA KERJA
Menurut para hali, istilah karir memiliki makna yang berbeda-beda tergantung dari sudut pandangnya masing-masing. Namun demikian, terdapat kesamaan bahwa masalah karir tidak dapat dilepaskan dengan aspek perkembangan, pekerjaan, jabatan, dan proses pengambilan keputusan.
Konsep Dasar Karir
Surya (1988) menegaskan bahwa karir erat kaitannya dengan pekerjaan, tetapi mempunyai makna yang lebih luas dari pada pekerjaan. Karir dapat dicapai melalui pekerjaan yang direncanakan dan dikembangkan secara optimal dan tepat, tetapi pekerjaan tidak selamanya dapat menunjang pencapaian karir. Dengan demikian pekerjaan merupakan tahapan penting dalam pengembangan karir. Sementara itu, perkembangan karir sendiri memerlukan proses panjang dan berlangsung sejak dini serta dipengaruhi oleh berbagai factor kehidupan manusia.
Milgram (1979) menegaskan bahwa perkembangan karir merupakan suatu proses kehidupan panjang dari kristalisasi indentitas vokasional. Suatu variasi luas dari kombinasi faktor keturunan, fisik, pribadi-sosial, sosiologis, pendidikan, ekonomi, dan pengaruh-pengaruh budaya. Dalam bagian lain juga disebutkan bahwa karir adalah gaya hidup. Artinya bahwa karir adalah suatu makna utama dari ekspresi kemampuan dan minat khusus yang secara intensif disadari sebagai implikasi dari pilihan pekerjaan untuk gaya hidup di masa mendatang. Dalam diskusi tentang karir sebagai gaya hidup, isu-isu yang berlawanan dengan nilai-nilai pekerjaan yang menyenangkan sering kali muncul. Atas dasar ini karir hakekatnya adalah bagaimana memadukan antara kemampuan dengan nilai kesenangan sebagai satu kesatuan. Karir sebagai gaya hidup adalah bagian dari proses pengambilan keputusan pada semua orang, dengan maksud agar tidak menimbulkan konflik antara kesenangan dalam pekerjaan dengan pemenuhan aspirasi dan dalam merealisasikan kemampuannya.
Munandir (1996) menyatakan bahwa karir erat kaitannya dengan pekerjaan dan hal memutuskan karir bukanlah peristiwa sesaat , melainkan proses yang panjang dan merupakan bagian dari proses perkembangan individu. Hoyt (Gibson dan Mitchell, 1995) menjelaskan bahwa karir adalah totalitas dari pengalaman pekerjaan/jabatan seseorang dalam sepanjang hidupnya. Dalam arti sempit karir adalah jumlah total dari pengalaman pekerjaan/jabatan seseorang dalam kategori pekerjaan umum, seperti sebagai pengajar, akunting, dokter, atau sales.
Sementara itu Gibson dan Mitchell (1995) menjelaskan bahwa karir adalah jumlah total dari pengalaman hidup dan gaya hidup seseorang. Secara konseptual, karir erat kaitannya dengan pekerjaan, perkembangan karir, pendidikan karir, bimbingan karir, konseling karir, informasi pekerjaan, jabatan, dan pendidikan jabatan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa antara karir, pendidikan karir, perkembangan karir, dan konseling karir merupakan istiah-istilah yang saling berhubungan. Karena itu satu tanpa yang lain tidak akan efektif dan kurang bermakna. Dimaksudkan dengan pendidikan karir adalah seluruh aktivitas dan pengalaman yang direncanakan untuk menyiapkan seseorang untuk memasuki dunia kerja, perkembangan karir merupakan aspek dari totalitas perkembangan yang mendasarkan pada belajar tentang, persiapan untuk, masuk ke, dan kemajuan dalam dunia pekerjaan. Sedangkan konseling karir adalah aktivitas yang dimaksudkan untuk menstimulasi dan memfasilitasi perkembangan karir sepanjang hidupnya. Aktivitas tersebut termasuk membantu dalam perencanaan karir, pengambilan keputusan karir, dan penyesuaian karir. Dengan demikian, pendidikan karir akan menstimulasi perkembangan karir, sedangkan konseling karir akan memberikan arah terhadap pendidikan dan perkembangan karir.
Implikasi terhadap Bimbingan dan Konseling Karir
Pada dasarnya teori perkembangan karir tertentu berimplikasi pada tuntutan yang tertentu pula terhadap bagaimana dan apa yang harus dilakukan oleh konselor dalam proses konseling karir. Secara umum Gibson dan Mitchell (1995) menjelaskan beberapa implikasi teori karir terhadap konseling karir, yaitu pentingnya konselor untuk :
- Memahami proses dan karakteristik perkembangan manusia termasuk kesiapannya untuk belajar dan keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu sesuai dengan tahapan perkembangannya.
- Memahami kebutuhan dasar manusia, termasuk kebutuhan khususnya dan hubungannya dengan perkembangan karir dan pengambilan keputusan.
- Dapat melakukan assesmen dan menginterpretasikan sifat-sifat individual dan karakteristiknya, serta menerapkannya dalam relasi konseling yang bervariasi.
- Memahami dan mampu membantu klien dalam memahami bahwa fator-fator perubahan atau faktor-faktor yang tak terduga dapat mengubah perencanaan karir.
- Memahami perubahan cepat yang terjadi dalam dunia kerja dan kehidupan, sehingga memerlukan pengujian secara tetap serta perlunya penggunaan teori dan riset-riset mutahir sebagai dasar pelaksanaan konseling.
Selanjutnya, peran apa yang dapat dilakukan pembimbing atau konselor karir sangat tergantung pada fokus bimbingan / konseling karir yang dihadapinya. Secara garis besar peran tersebut adalah : (a) membantu membuat keputusan-keputusan karir dengan jalan memberikan informasi yang diperlukan, (b) membantu membuat keputusan karir dengan jalan mengembangkan keterampilan membuat keputusan, (c) membantu membuat beberapa keputusan karir (bukan satu) yang saling berkaitan, dan (d) membantu memahami dan mengembangkan sifat-sifat yang dimiliki untuk mencapai keputusan karir yang telah dibuatnya.
PENERAPAN TEORI TRAIT AND FACTOR BIMBINGAN KONSELING KARIR DI SEKOLAH
Teori konseling Karier Trait dan Factor adalah bimbingan konseling karier yang memandang bahwa secara prinsip mengacu pada kemampuan (termasuk intelegensi umum, bakat khusus, kemampuan akademik dan keahlian keterampilan kerja), minat terhadap pekerjaan, dan ciri-ciri kepribadian. Trait daN factor mengacu pada satu orentasi utama yang terkandung di dalam psikologi kejuruan/pekerjaan yaitu untuk menggambarkan dan menjelaskan pengambilan keputusan dan mementukan karier (Dharsana, 2010:449).
Dari beberapa teori di atas, peneliti mencoba untuk menggunakan teori pemilihan karir konseling Karier Trait and Factor karena menekankan pemahaman diri melalui tes psikologi (mengukur kepribadian) dan penerapan pemahaman itu dalam memecahkan beraneka problem yang dihadapi, terutama yang menyangkut pilihan program studi/bidang karir. Dan Teori tentang pemetaan arah karier seseorang yang lebih menekankan pada kognitif dan rasional klien, artinya berpandangan pada kemampuan pikiran/prestasi, untuk memilih karier yang di dukung oleh kenyataan yang mendukung untuk memilih karir.
Untuk mengembangkan rencana pilihan karir pada siswa, penulis menggunakan teori konseling karir trait dan factor adalah teori kepribadian yang merupakan suatu sistem sifat atau factor yang saling berkaitan satu dengan lainnya seperti kecakapan, minat, sikap dan tempramen. Keunggulan dari teori ini adalah membantu seseorang mengembangkan bakat sendiri dalam memilih kariernya di masa akan datang. Sedangkan kelemahan dari teori ini adalah terlalu banyak pertimbngan yang ditekankan pada data objektif, penggunaan dan keyakinan yang berlebihan terhadap data ini kurang dapat karena keterbatasan reliabilitas validitas dan kelengkapan datantanya. (Dharsana,2005:153)
Untuk menemukan solusi dari permasalahan di atas di gunakan teknik modeling. Modeling merupakan salah satu teknik konseling yang dikembangkan oleh Albert Bandura yang berakar dari teori belajar (sosial learning). Menurut Bandura (dalam Corey, 2007:221) teknik modeling merupakan observasi pemodelan, mengobservasi seseorang lainnya sehingga seseorang tersebut membentuk ide dan tingkah laku, kemudian dijelaskan sebagai panduan untuk bertindak. Bandura juga menegaskan bahwa modeling merupakan konsekuensi prilaku meniru orang lain dan pengalaman baik pengalaman langsung maupun tidak langsung, sehingga reaks-reaksi emosional dan rasa takut seseorang dapat dihapuskan.
Tujuan Teori Trait and Factor
Trait- factor counseling bertujuan mengajak individu untuk berfikir mengenai dirinya serta mampu mengembangkan cara-cara yang dilakukan agar dapat keluar dari masalah yang dihadapinya. Traid factor dimaksudkan agar individu mengalami : (1) klarifikasi diri, (2) pemahaman diri, (3) penerimaan diri, (4) pengarahan diri, (5) aktualisasi diri
TEORI MYERS BRIGGS TYPE
Myers-Briggs Type Indicator adalah psikotes yang dirancang untuk mengukur preferensi dasar murni psikologis seseorang dalam melihat dunia dan membuat keputusan. MBTI dikembangkan oleh Isabel Briggs Myers pada sejak 1940. Psikotes ini dirancang untuk mengukur kecerdasan individu, bakat, dan tipe kepribadian seseorang.
Kelebihan dan Kekurangan Myers Briggs Type
Kelebihannya yaitu:
- Memahami kelebihan (Strength) sekaligus kelemahan (Weakness) yang ada pada diri kita.
- Menggunakan logika dan kekuatan analisis untuk mengambil keputusan karir.
- Memudahkan individu untuk menyesuaikan pribadinya dengan pekerjaan yang disukainya.
- Menyesuaikan minat, bakat, dan kemampuan dalam dirinya untuk memilih karir yang sesuai dengan kepribadiannya.
- Memahami tipe kepribadian lain.
Kekurangannya yaitu:
Penggambaran karakter merupakan kecenderungan dalam dirinya, tanpa melihat faktor pendukung lain yang berada dilingkungannya.
Pembahasan
Setiap orang memiliki caranya masing-masing dalam menanggapi kritik dari orang lain. Beberapa orang mungkin akan menerima dan menjadikannya motivasi untuk maju. Beberapa yang lain mungkin tak mau membantah kritik tersebut karena merasa dirinya selalu paling benar. Rupanya cara seseorang menanggapi kritik dapat didasarkan pada jenis kepribadian.
Secara alamiah manusia memiliki keinginan untuk mengenali dirinya sendiri lebih dalam dengan berbagai tujuan. Mengenali diri sendiri dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, salah satunya adalah dengan mengenali tipe kepribadian. Menurut Carl Gustav Jung dalam L. Naisaban (2003 : 22), manusia memiliki dua tipe kepribadian yakni ekstrovert dan introvert. Selain itu Jung juga mengemukakan pendapat tentang empat fungsi kepribadian manusia yakni sensing (fungsi pengindera), intuition (fungsi intuitif), thinking (fungsi berfikir), dan feeling (fungsi perasa) atau lebih dikenal sebagai Tipe Kepribadian Jung. Berdasarkan Tipe Kepribadian Jung tersebut, Isabel Myers dan ibunya, Katharine C. Briggs membuat instrumen tes kepribadian yang kemudian dinamakan Myers-Briggs Type Indicator (MBTI).
Tes MBTI menjadi sangat terkenal dan banyak digunakan karena keakuratannya dan kemudahan dalam menggunakannya. MBTI ini bersandar kepada empat kecenderungan skala yang saling bertolak belakang yakni ekstrovert vs introvert, sensing vs intuition, thinking vs feeling dan perceiving vs judging. Hal yang perlu diperhatikan dari tes MBTI adalah tidak adanya jawaban “benar” dan “salah” serta tidak ada tipe kepribadian yang lebih daripada tipe kepribadian yang lainnya karena setiap orang memiliki keunikan tersendiri dalam kepribadiannya.
REFERENCE
Falentini, F. Y., Taufik, T., & Mudjiran, M. (2013). Usaha yang dilakukan Siswa dalam Menentukan Arah Pilihan Karir dan Hambatan-hambatan yang ditemui. Konselor, 2(1).
Gibson, R. L. (1989). Prevention and the elementary school counselor. Elementary School Guidance & Counseling, 24(1), 30-36.
Gibson, R. L. (1999). Introduction to counseling and guidance. Prentice Hall.
Hadiarni, I. (2009). Konseling Karir.
Hajar, S. (2017). PENDEKATAN SOCIAL CONSTRUCTIVIST DALAM MEMBANGUN KARIR ANAK MELALUI ASPIRASI KARIR ORANG TUA DAN KELUARGA DI BIDANG KEOLAHRAGAAN. JURNAL MITRA SWARA GANESHA, 4(1).
Manrihu, M. T. (1992). Pengantar Bimbingan dan Konseling Karir. Jakarta: Bumi Aksara.
Munandir. 1996. Program Bimbingan Karir di Sekolah. Jakarta:Depdiknas.
Naisaban, L. (2003). Psikologi Jung: Tipe Kepribadian Manusia dan Rahasia Sukses dalam Hidup (Tipe Kebijaksanaan Jung). Gramedia Widiasarana Indonesia.
Santi, D. E. P., Suranata, K., & Dharsana, I. K. (2014). Penerapan Konseling Karir Trait dan Factor dengan Menggunakan Teknik Modeling untuk Mengembangkan Rencana Pilihan Karir Siswa Kelas X Tpm 1 Smk Negeri 3 Singaraja. Jurnal Ilmiah Bimbingan Konseling Undiksha, 2(1).
Super, D. E. (1976). Career education and the meanings of work. US Department of Health, Education, and Welfare, Office of Education.
Surya, C., & Hsiang, T. Y. (1988). A thermal activation model for 1/Æ’y noise in Si-MOSFETs. Solid-state electronics, 31(5), 959-964.
Tolbert, E. L. (1974). Counseling for career development.







Komentar
Posting Komentar