UTS BK KARIR NOVI RAMADHANI ARSANTY

 

PROGRAM BIMBINGAN KARIR UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN

KARIR SISWA SMA/SMK

Novi Ramadhani Arsanty (1191151002)

BK Reguler A 2019

A.    Pengertian Bimbingan Karir

       Winkel(2004) menyatakan bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan perkerjaan yang telah dimasuki. Berdasarkan pengertian tersebut, bimbingan karir bisa bermakna sebagai suatu bantuan yang diberikan pembimbing kepada yang dibimbing (siswa) dalam menghadapi dan memecahkan masalah karir (Nugrahawati, 2009). Berdasarkan definisi diatas dapat diambil dua intisari terpenting yaitu yang pertama bahwa bimbingan karir merupakan proses membantu individu dalam memahami dan menerima diri sendiri dan yang kedua membantu memahami sekaligus menyesuaikan diri dengan dunia kerja nyata. Dengan demikian hal yang terpenting dalam bimbingan karir adalah adanya pemahaman, penerimaan, dan penyesuaian diri baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap dunia kerja


B.     Tujuan Bimbingan Karir

Menurut Herr dalam Manhiru (1992:163-164), tujuan bimbingan karir di sekolah menengah adalah menunjukkan hubungan antara hasil belajar, nilai-nilai, preferensi-preferensi, aspirasi-aspirasi pendidikan dan karirnya. Menganalisa kompetensi pribadi sekarang dengan preferensi karir dan mengembangkan rencana-rencana yang akan dilakukan untuk memperkuat keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan. Memegang tanggung jawab dalam perencanaan karir dan konsekuesikonsekuesinya. Memenuhi syarat dalam taraf memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang relevan dengan pendidikan kooperatif, atau dengan latihan dalam jabatan. Kesiapan memenuhi persyaratan bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan dengan mengambil mata pelajaran yang diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang diinginkan (perguruan tinggi atau perusahaan).

C.    Prinsip Bimbingan Karir

Surya (1988: 27) menyatakan beberapa prinsip bimbingan karir, yaitu:

1.   Seluruh siswa hendaknya mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam pencapaian karir yang tepat.

2.     Program bimbingan karir hendaknya memiliki tujuan untuk menstimulasi pendidikan siswa.

3.  Sehubungan dengan hal diatas, setiap siswa hendaknya memahami karir sebagai suatu jalan hidup dan pendidikan sebagai suatu persiapan dalam kehidupan.

4.    Siswa hendaknya dibantu dalam mengambangkan pemahaman yang memadai terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkembangan sosial pribadinya dan perencanaan pendidikan karir. Siswa pada setiap saat dan tingkat pendidikan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan antara pendidikan dan karir. Dan Siswa memerlukan pemahaman tentang di mana dan mengapa mereka dalam suatu alur pendidikan.

6.   Setiap siswa pada tiap tahap program pendidikan hendaknya memiliki pengalaman-pengalaman yang berorientasi pada karir secara berarti dan realistik.

 

D.    Karakteristik Perkembangan Siswa SMK/SMA

Secara psikologis siswa SMK tengah memasuki tahapan perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini merupakan masa yang singkat dan sulit dalam perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini individu mengalami ambivalensi kemerdekaan. Pada satu sisi individu menunjukkan ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa pada sisi lain individu menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri. Tema sentral kehidupan individu yang berada pada masa remaja adalah pencarian identitas atau jati-diri, baik yang berkaitan dengan aspek intelektual, sosial-emosional, vokasional, maupun spiritual. Ia harus mampu menjawab “Siapa saya ? Apa saya ? Mau ke mana saya? Apa yang harus saya perbuat untuk karier masa depan saya? Sejumlah pertanyaan identitas diri seyogyanya dapat dijawab dengan tepat oleh remaja.  Jika ia tidak dapat menjawabnya dengan tepat maka ia cenderung bingung menghadapi hidup, termasuk pengambilan keputusan karier. Tetapi jika sebaliknya, maka ia akan berkembang optimal dan tepat dalam mengambil keputusan kariernya sehingga karier masa depan penuh dengan harapan. Oleh karena itu, pada masa remaja diperlukan lingkungan sosial dan fisik yang kondusif, yakni lingkungan orang tua atau orang dewasa yang membimbing dan mengayomi secara aspiratif, teman sebaya (peer group) yang mengembangkan norma kehidupan yang positif dan kreatif, dan lingkungan fisik yang memfasilitasi remaja untuk menyalurkan energi psikologis hingga membuahkan produktivitas.

E.     Jenis Permasalahan Siswa SMK/SMA

 

Pelajar di sekolah menengah atas akan sampai pada tingkat kematangan karir yang berbeda (lancar atau tidak lancar), maka  aktivitas bimbingan karier harus memiliki penekanan yaitu: mendorong perkembangan karier, menyediakan perlakuan, dan membantu penempatan (mengacu kepada perpindahan pelajar ketingkat pendidikan selanjutnya atau kehidupan pekerjaan). Kegiatan bimbingan karier pada sekolah menengah harus bisa mengantar setiap pelajar untuk menanggulangi tugas perkembangan menuju perkembangan karier, dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari seperangkat pilihan dan rencana yang akan di tetapkan.  Posisi layanan bimbingan karier di SMK hendaknya mampu membantu siswa menyelesaikan tugas perkembangannya di bidang karier yang berada pada tahap eksplorasi.  Posisi layanan bimbingan karier di SMK adalah membantu siswa mencari dan menemukan bidang karier yang cocok dengan dirinya. Tujuan bimbingan karier di SMK adalah untuk  membantu atau memfasilitasi perkembangan individu (siswa). Masalah bimbingan karier di SMA/SMK:

1.    Tidak mampu menganalisis kompetensi pribadi yang dimiliki dengan keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk pilihan-pilihan karier dan mengembangkan rencana-rencana untuk memperkuat keterampilan bila di perlukan.

2.     Kurang memiliki tanggung jawab dalam perencanaan karier dan konsekuensi- konsekuensinya.

3.   Tidak siap untuk memenuhi syarat bagi taraf memasuki pekerjaan-pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang sesuai, dengan pendidikan kooperatif, atau dengan latihan-latihan dalam jabatan.

4.  Tidak siap untuk memenuhi syarat bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan dengan mengambil mata pelajaran yang diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang diinginkan (perguruan tinggi,perdagangan, atau perusahaan).

5.  Tidak mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan penggunaan efektif waktu luang.

6.     Belum memiliki pilihan perguruan tinggi tertentu, jika setelah tamat tidak masuk dunia kerja.

7.     Ragu-ragu apakah sekolah atau jurusan yang dipilih sudah tepat atau belum.    

8.   Kurangnya pemahaman tentang dirinya, terutama potensi dasar (bakat, minat, sikap, kecakapan, dan cita-cita) yang terkait dengan dunia kerja yang akan dimasukinya kelak. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karier amat dipengaruhi oleh kemampuan individu memahami dan menilai potensi dasar yang dimilikinya. Oleh karena itu, maka setiap siswa perlu dibantu untuk memahami potensi dasar dirinya, sehingga menentukan pilihan atau mengambil keputusan yang sesuai dengan dunia kerja pilihannya itu.

9.    Kurangnya kesadaran nilai-nilai yang ada pada diri dan masyarakatnya, sehingga menumbuhkan sikap negatif terhadap dunia kerja. Sikap negatif berarti bahwa individu tidak mau bekerja dalam bidang pekerjaan apa pun dan tidak sesuai dengan norma agama yang dianutnya

10. Kurangnya pengetahuan mengenai lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan potensi dirinya serta pemahaman jenis-jenis pendidikan dan/atau pelatihan yang diperlukan untuk mengembangkan karier dalam bidang pekerjaan tertentu. Melalui pengetahuan dan pemahaman tersebut individu terdorong untuk membentuk identitas karier dengan cara mengenali ciri-ciri pekerjaan, persyaratan yang dituntut, lingkungan pekerjaan, prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.

11. Tidak dapat menemukan dan mengatasi hambatan-hambatan yang disebabkan oleh faktor diri dan lingkungannya.

12. Tidak mampu merencanakan masa depan, yaitu tadak mampu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan sosial-ekonomi.

13. Tidak mampu membentuk pola-pola karier yang berhubungan dengan kecenderungan arah karier. Misalnya, apabila seorang siswa bercita-cita menjadi pemandu wisata, dia senantiasa harus mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karier kepariwisataan.

14.  Kurang mempunyai motivasi untuk mencari informasi tentang dunia kerja.

 

F.     Teori Yang Berkaitan Dengan Permasalahan Yang Dialami Siswa SMA/SMK

1.      Teori Myers-Briggs Type

MBTI atau Myers-Briggs Type Indicator mengenal tipe kepribadian adalah sebuah alat yang mempunyai cukup banyak kegunaan. Jung mengatakan bahwa setiap orang memang memakai persepsi-persepsi yang berlawanan ini sampai serajat tertentu dalam masing-masing dimensi (EI, SN, TF) saat menghadapi seseorang atau sebuah situasi, tetapi mereka cenderung memiliki satu kesukaan akan satu cara dalam memandang dunia. Mereka menjadi lebih terampil dalam membuat keputusan dengan cara berpikir atau merasakan dan dapat berfungsi sebagi seorang ekstravet di satu waktu dan sebagai seorang introvert di waktu lain, tetapi mereka cenderung mengembangkan pola yang paling khas dan paling nyaman. Katherine Briggs dan putrinya, Isabel Briggs Myers, merasa yakin bahwa teori Jung dapat diterapkan untuk meningkatkan pemahaman manusia (Myers, 1980). Mereka mengembangkan suatu instrument berdasarkan teori Jung yang memungkinkan seseorang mempelajari jenis perilakunya sendiri sehingga dapat memahami dirinya sendiri dengan lebih baik berkaitan dengan cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Intrumen itu menggunakan pertanyaan dengan pilihan terikat dan pasangan kata seperti yang diperlihatkan berikut ini :

1.    Extraversion-Introversion (EI) mencerminkan suatu orientasi terhadap dunia luar manusia dan benda ataupun dunia-dalam yang berupa konsep dan ide. Dimensi ini memperlihatkan sampai sejauh mana perilaku kita ditentukan oleh sikap kita terhadap dunia. Jung menemukan istilah dari bahasa Latin yang berarti berpaling kearah luar (extraversion) atau berpaling kearah dalam (introversion). Jung mengatakan bahwa ekstravet dapat bekerja dengan nyaman dan sukses jika berinteraksi dengan hal-hal di luar diri mereka, seperti orang lain, pengalaman, dan situasi. Ekstravet suka mengklarifikasi pikiran dan idenya dengan cara berbicara dan berbuat

2.    Sensing-intuition (SN) menjelaskan persepsi sebagai suatu yang langsung datang dari pancaindra atau secara tidak langsung dari bawah sadar. Dimensi ini menjelaskan bagaimana orang memahami apa yang sedang dialami. Orang yang masuk dalam katagori penginderaan ini memandang dunia melalui indra mereka-penglihatan, pendengaran, sentuhan, pengecapan, dan penciuman. Mereka mengobservasi apa yang nyata, apa yang factual, dan apa yang sebenarnya terjadi. Dengan melihat (atau pengalaman penginderaan lainnya) baru dapat dipercaya. Fungsi penginderaan ini memungkinkan seseorang untuk mengobservasi dengan seksama, mengumpulkan fakta, dan berfokus pada tindakan yang praktis. Sebaliknya, mereka yang dikaitkan dengan katagori intuisi cenderung membaca secara tersirat dari yang tertulis, berfokus pada makna, dan memperhatikan apa yang ada dan apa yang akan terjadi.

3. Thinking-Feeling (TF) adalah pendekatan yang digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan keputusan melalui proses yang tidak pribadi, logis, atau subjektif. Para pemikir menganalisis informasi, data, situasi, dan manusia serta membuat keputusan berdasarkan logika. Mereka berhati-hati dan lambat dalam menganalisis data karena keakuratan dan kesuksesan penting bagi mereka. Mereka yakin akan objektivitas dan juga pada perkiraan yang logis dan argument yang rasional. Para pemikir menjelajahi dan menimbang semua alternative, dan keputusan akhir didapat tanpa emosi dan dengan hati-hati. Didalam dimensi perasaan, sebaliknya, pendekatan terhadap pembuatan keputusan adalah melaui perspektif yang subjektif, perseptif, empatik, dan emosional.

4.    Judging-Perceiving (JP) tipe dikotomi yang terakhir ini ingin melihat derajat fleksibilitas seseorang. Judging disini bukan berarti judgemental (atau menghakimi). Judging disini diartikan sebagai tipe orang yang selalu bertumpu pada rencana yang sistematis, serta senantiasa berpikir dan bertindak secara sekuensial (tidak melompat- lompat). Sementara tipe perceiving adalah mereka yang bersikap fleksibel, adaptif, dan bertindak secara random untuk melihat beragam peluang yang muncul.

  Keunggulan

a.       Dirancang untuk mengimplementasikan teori.

b.   Berdasarkan teori, ada dinamika hubungan yang khusus antar skala, yang kemudian akan mengantar penjelasan tentang 16 tipe karakteritik kepribadian.

c.     Deskripsi tipe-tipe ini dan teorinya sebenarnya dapat dijelaskan dalam kerangka perkembangan manusia seumur hidupnya. Skala ini memperhatikan fungsi dasar manusia yaitu persepsi Judgment yang selalu ada di perilaku manusia, sehingga sangat bermanfaan untuk digunakan dalam hidup sehari-hari.

d.      Hasil dari Myers-Briggs Theory Indicator ( MBTI) tidak bersifat menilai sehingga tidak ada yang baik dan buruk.

Kelemahan

a.       Teori Myers-Briggs kurang memperhatikan adanya perbedaan individu sehingga akan mempengaruhi hasil tes MBTI.

b.      Walaupun teori ini bertahan lama namun validitas dari tes MBTI masih perlu dipertanyakan.

c.       Hasil dari tes MBTI bersifat statis, hanya berorientasi pada hasil dari tes MBTI.

Solusi :

 Dengan memakai teori ini untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa SMA/SMK, sebagai guru BK melakukan cara melihat seperti apa kepribadian siswa tersebut agar bisa mengetahui siswa tersebut cocok untuk jenis pekerjaan yang seperti apa jadi siswa pun tidak bingung memilih pekerjaan apa yang ia pilih. Sebagai guru BK agar mengetahui bagaimana kepribadian siswanya dengan memahami apa saja kepribadian yang dimiliki siswa-siswanya.

 

2.      Teori Trait And Factor

Istilah “trait” merujuk pada karakteristik individu yang dapat diukur melalui tes, “factor” merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk penampilan kerja yang sukses. Jadi, menurut Sharf,1992 (di dalam Boharudin, 2011) istilah “trait and factor” merujuk pada penilaian karakteristik individu dan pekerjaan. Corak konseling ini di kenal juga dengn nama directive conseling  atau Counselor centered conseling, karena konselor secara sadar mengadakan stukturalisasi dalam proses konseling dan berusaha mempengaruhi arah perkembangan konseli demi kebaikan konseli sendiri. Teori dari Parson disebut sebagai teori “Trait and Factors” atau sifat dan faktor. Yang dimaksud dengan Trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam berfikir, berperasaan, dan berperilaku seperti intelegensi (berfikir), iba hati (berperasaan), dan agresif (berperilaku).

Beberapa ahli psikologi telah mencoba untuk menemukan seperangkat ciri dasar yang terbatas jumlahnya, dengan menganalisis data hasil testing psikologis melalui teknik statistik yang disebut Factor Analysis, sehingga ciri-ciri dasar yang mereka temukan disebut factors. Teori Trait and Factors adalah pandangan yang mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan mengidentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.

Tahap 1 : Memperoleh Pemahaman Diri

Pada tahap ini dideskripsikan minimal lima jenis tes yang sering digunakan oleh konselor dalam konseling karir trait ang factor, yaitu bakat (aptitudes), prestasi, minat, nilai-nilai dan kepribadian. Berikut penjelasan dari kelima jenis tes tersebut.

a.       Bakat (Aptitudes)

Tes bakat digunakan untuk memprediksi level kemungkinan yang akan terjadi dan kemampuan individu untuk melaksanakan tugas. Bakat individu dapat diketahui melalui tes.Instrumen tes yang biasa digunakan dalam pengukuran bakat ini antara lain: Baterai Primary Mental Abilities (PMA) dari Thurstone, differential Aptitude Tests (DAT) terbitan Psychological Corporation, the ACT Assessment Program Academic Tests (ACT), dan Armed Services Vocational aptitude Battery(ASVAB). Di Indonesia untuk mengukur bakat individu dugunakan tes yang bernama Intelligence Structure Tests (IST) yang terdiri dari 9 aspek bakat.

b.      Prestasi (Achievements)

Sharf (1992) (di dalam Boharudin, 2011) mengemukakan bahwa”achievement refer to a board range of events that individuals participate in and accomplish during their lifetime”. Prestasi dapat dibagi kedalam tiga tipe,yaitu: pertama, prestasi akademik, biasanya diukur dengan angka,tetapi dengan skor tes khusus. Kedua, prestasi dalam kerja, seperti kesempurnaan tugas-tugas. ketiga, yang sangat cocok dengan teori trait and factor, yaitu prestasi yang terkait dengan syarat-syarat untuk memasuki dunia kerja. Prestasi dapat diukur secara kuantitaif melalui tes-tes yang digunakan untuk memasuki salah satu profesi.

c.       Minat (Interests)

Menurut Kamisa (1997) (di dalam Boharudin, 2011)Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan. Minat adalah sesuatu yang bersifat pribadi dan berhubungan berat dengan sikap.Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan sesuatu menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. Hurlock(1986) (di dalam Boharudin, 2011) mengatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang merela inginkan bila mereka bebas memilih.

d.      Nilai-nilai(values)

Nilai-nilai melambangkan sesuatu yang penting. Nilai-nilai sebagai suatu yang sulit untuk memperkirakan kemungkinannya. Nilai-nilai yang sangat penting dalam konseling karir yaitu nilai-nilai umum dan nilai-nilai dunia kerja. Adapun maksud dari pengetahuan mengenai nilai-nilai ini adalah agar individu mampu memutuskan arah karir yang jelas.

e.       Kepribadian (Personality)

Pengukuran dari kepribadian telah menjadi area penting dari belajar dan berguna untuk mengkonseptualisasikan individu dalam pilihan vokasional. Minimal terdapat tiga jenis instrument untuk mengukur kepribadian individu, yaitu California Psychological Inventory(CPI), the sixteen Personality Factor Questionaire(16 PF). Konselor dapat mencocokan profil kepribadian konseli dengan karir yang cocok.

Tahap 2 : Memperoleh Pengetahuan tentang Dunia Kerja

Informasi pekerjaan ialah unsure penunjang kedua dari teori trait and factor. Peran konselor adalah membantu konseli untuk mengumpulkan informasi pekerjaan. untuk mengumpulkan informasi tidak perlu tergantung hanya kepada pengetahuan karir seorang konselor, tetapi menggunakan banyak sumber untuk menambah pengetahuan ini. Jenis-jenis informasi pekerjaan, informasi pekerjaan dapat dieksplorasi dari berbagai sumber yang berbeda, contohnya melalui brosur yang dibuat oleh asosiasi pekerjaan professional, pamphlet yang bisa didapatkan melalui penerbit khusus yang menangani tentang informasi pekerjaan.tipe informasi yang paling penting untuk konselor adalah mengetahui uraian tentang berbagai jenis pekerjaan.

Keunggulan

1.      Teori ciri dan sifat menerapkan pendekatan ilmiah pada konseling.

2.   Penekanan pada penggunaan data test objektif, membawa kepada upaya perbaikan dalam pengembangan test dan penggunanya serta perbaikan dalam pengumpulan data lingkungan.

3.      Penekanan yang diberikan pada diagnosis mengandung nama sebagai suatu perhatian terhadap masalah dan sumbernya mengarahkan kepada upaya mengkreasian, teknik-teknik untuk mengatasinya.

4.  Penekanan pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain yang lebih menekankan afektif atau emosional .

Kelemahan

1.    Kurang diindahkan adanya pengaruh dari perasaan, keinginan, dambaan aneka nilai budaya (cultural values), nilai-nilai kehidupan (personal values), dan cita-cita hidup, terhadap perkembangan jabatan anak remaja (vocational development) serta pilihan program atau bidang study dan bidang pekerjaan (vocational choice).

2.    Diandaikan bahwa pilihan jabatan dan pilihan program study terjadi sekali saja dan ini pun bersifat keputusan terakhir atau devinitif, dengan berfikir secara rasional. Padahal, pilihan seperti ini tidak dibuat sekali saja, tetapi dibuat secara bertahap-tahap dari pilihan intermedia sampai pada pilihan definitive dan bukan hanya berdasarkan proses berfikir rasional saja.

3.    Kurang diperhatikan peranan keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi rangkaian pilihan anak dengan cara mengungkapkan harapan,dambaan dan memberikan pertimbangan untung rugi sambil menunjuk pada tradisi keluarga,tuntutan mengingat ekonomi keluarga,serta keterbatasan yang konkret dalam kemampuan financial,dan sebagainya.

Solusi :

Dengan memakai teori ini untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa SMA/SMK, sebagai guru BKdapat membantunya memahami siswa-siswanya, minat-minat, bakat-bakat, nilai-nilai dan keterampilan-keterampilannya. Sebagai guru BK dengan memberikan pengarahan atau masukkan tentang karir untuk di masa depan. Sebagai contoh ada siswa yang prestasi intelegensinya tinggi mempunyai bakat khusus dalam bidang studi matematika, cukup mampu dalam pengamatan ruang, berbakat dalam ektrakulikuler dan mempunyai minat yang mengarah kepada pekerjaan sosial. Maka sebagai guru BK/konselor mampu memberi masukkan siswa tersebut cocok untuk dijalur mana dalam menentukan karir kedepannya.

 

 


Referensi :

Widarto. 2015. Bimbingan Karier. Yogyakarta : PT. Leutika Nouvelitera.

Teori Trait And Factor Makalah. http://gudangilmukita212.blogspot.com/2017/01/teori-trait-and-factor-makalah.html?m=1. Diakses 17 Februari 2017.

Trias Ristian. Dkk. Jurnal Pendekatan Teori Trait dan Factor dalam Pengambilan Keputusan

Karir. Undhiksa

Permasalahan karir jenjang pendidikan. http://umifdl.blogspot.com/2015/07/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html?m=1. Diakses 12 Juli 2015.

Walgito,Bimo.2010.Bimbingan dan Konseling (Studi dan Karir ). Yogyakarta : Penerbit Andi.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

UTS BK KARIR M. ICHSAN RINALDI