UTS BK KARIR NOVI RAMADHANI ARSANTY
PROGRAM BIMBINGAN
KARIR UNTUK MENGATASI PERMASALAHAN
KARIR SISWA SMA/SMK
Novi
Ramadhani Arsanty (1191151002)
BK
Reguler A 2019
A. Pengertian
Bimbingan Karir
Winkel(2004)
menyatakan bimbingan karir adalah bimbingan dalam mempersiapkan diri menghadapi
dunia pekerjaan, dalam memilih lapangan pekerjaan atau jabatan/profesi tertentu
serta membekali diri supaya siap memangku jabatan itu, dan dalam menyesuaikan
diri dengan berbagai tuntutan dari lapangan perkerjaan yang telah dimasuki.
Berdasarkan pengertian tersebut, bimbingan karir bisa bermakna sebagai suatu
bantuan yang diberikan pembimbing kepada yang dibimbing (siswa) dalam
menghadapi dan memecahkan masalah karir (Nugrahawati, 2009). Berdasarkan
definisi diatas dapat diambil dua intisari terpenting yaitu yang pertama bahwa
bimbingan karir merupakan proses membantu individu dalam memahami dan menerima
diri sendiri dan yang kedua membantu memahami sekaligus menyesuaikan diri
dengan dunia kerja nyata. Dengan demikian hal yang terpenting dalam bimbingan
karir adalah adanya pemahaman, penerimaan, dan penyesuaian diri baik terhadap
dirinya sendiri maupun terhadap dunia kerja
B.
Tujuan Bimbingan Karir
Menurut Herr dalam
Manhiru (1992:163-164), tujuan bimbingan karir di sekolah menengah adalah menunjukkan
hubungan antara hasil belajar, nilai-nilai, preferensi-preferensi,
aspirasi-aspirasi pendidikan dan karirnya. Menganalisa kompetensi pribadi
sekarang dengan preferensi karir dan mengembangkan rencana-rencana yang akan
dilakukan untuk memperkuat keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan. Memegang
tanggung jawab dalam perencanaan karir dan konsekuesikonsekuesinya. Memenuhi
syarat dalam taraf memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang
relevan dengan pendidikan kooperatif, atau dengan latihan dalam jabatan. Kesiapan
memenuhi persyaratan bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan dengan mengambil
mata pelajaran yang diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang diinginkan
(perguruan tinggi atau perusahaan).
C. Prinsip
Bimbingan Karir
Surya (1988: 27) menyatakan beberapa
prinsip bimbingan karir, yaitu:
1. Seluruh
siswa hendaknya mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya dalam
pencapaian karir yang tepat.
2. Program
bimbingan karir hendaknya memiliki tujuan untuk menstimulasi pendidikan siswa.
3. Sehubungan
dengan hal diatas, setiap siswa hendaknya memahami karir sebagai suatu jalan
hidup dan pendidikan sebagai suatu persiapan dalam kehidupan.
4. Siswa hendaknya dibantu dalam mengambangkan pemahaman yang memadai terhadap diri sendiri dan kaitannya dengan perkembangan sosial pribadinya dan perencanaan pendidikan karir. Siswa pada setiap saat dan tingkat pendidikan hendaknya dibantu untuk memperoleh pemahaman tentang hubungan antara pendidikan dan karir. Dan Siswa memerlukan pemahaman tentang di mana dan mengapa mereka dalam suatu alur pendidikan.
6. Setiap
siswa pada tiap tahap program pendidikan hendaknya memiliki
pengalaman-pengalaman yang berorientasi pada karir secara berarti dan
realistik.
D. Karakteristik
Perkembangan Siswa SMK/SMA
Secara psikologis
siswa SMK tengah memasuki tahapan perkembangan masa remaja, yakni masa
peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini merupakan masa yang singkat
dan sulit dalam perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini individu
mengalami ambivalensi kemerdekaan. Pada satu sisi individu menunjukkan
ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa pada sisi lain individu
menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri. Tema sentral
kehidupan individu yang berada pada masa remaja adalah pencarian identitas atau
jati-diri, baik yang berkaitan dengan aspek intelektual, sosial-emosional,
vokasional, maupun spiritual. Ia harus mampu menjawab “Siapa saya ? Apa saya ?
Mau ke mana saya? Apa yang harus saya perbuat untuk karier masa depan saya?
Sejumlah pertanyaan identitas diri seyogyanya dapat dijawab dengan tepat oleh
remaja. Jika ia tidak dapat menjawabnya
dengan tepat maka ia cenderung bingung menghadapi hidup, termasuk pengambilan
keputusan karier. Tetapi jika sebaliknya, maka ia akan berkembang optimal dan
tepat dalam mengambil keputusan kariernya sehingga karier masa depan penuh
dengan harapan. Oleh karena itu, pada masa remaja diperlukan lingkungan sosial
dan fisik yang kondusif, yakni lingkungan orang tua atau orang dewasa yang
membimbing dan mengayomi secara aspiratif, teman sebaya (peer group) yang
mengembangkan norma kehidupan yang positif dan kreatif, dan lingkungan fisik
yang memfasilitasi remaja untuk menyalurkan energi psikologis hingga membuahkan
produktivitas.
E. Jenis Permasalahan Siswa SMK/SMA
Pelajar di sekolah menengah atas akan sampai pada tingkat kematangan karir yang berbeda (lancar atau tidak lancar), maka aktivitas bimbingan karier harus memiliki penekanan yaitu: mendorong perkembangan karier, menyediakan perlakuan, dan membantu penempatan (mengacu kepada perpindahan pelajar ketingkat pendidikan selanjutnya atau kehidupan pekerjaan). Kegiatan bimbingan karier pada sekolah menengah harus bisa mengantar setiap pelajar untuk menanggulangi tugas perkembangan menuju perkembangan karier, dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari seperangkat pilihan dan rencana yang akan di tetapkan. Posisi layanan bimbingan karier di SMK hendaknya mampu membantu siswa menyelesaikan tugas perkembangannya di bidang karier yang berada pada tahap eksplorasi. Posisi layanan bimbingan karier di SMK adalah membantu siswa mencari dan menemukan bidang karier yang cocok dengan dirinya. Tujuan bimbingan karier di SMK adalah untuk membantu atau memfasilitasi perkembangan individu (siswa). Masalah bimbingan karier di SMA/SMK:
1. Tidak
mampu menganalisis kompetensi pribadi yang dimiliki dengan
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk pilihan-pilihan karier dan
mengembangkan rencana-rencana untuk memperkuat keterampilan bila di perlukan.
2. Kurang
memiliki tanggung jawab dalam perencanaan karier dan konsekuensi-
konsekuensinya.
3. Tidak
siap untuk memenuhi syarat bagi taraf memasuki pekerjaan-pekerjaan dengan
mengambil mata pelajaran yang sesuai, dengan pendidikan kooperatif, atau dengan
latihan-latihan dalam jabatan.
4. Tidak
siap untuk memenuhi syarat bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan dengan
mengambil mata pelajaran yang diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang
diinginkan (perguruan tinggi,perdagangan, atau perusahaan).
5. Tidak
mampu mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan
penggunaan efektif waktu luang.
6. Belum
memiliki pilihan perguruan tinggi tertentu, jika setelah tamat tidak masuk
dunia kerja.
7. Ragu-ragu
apakah sekolah atau jurusan yang dipilih sudah tepat atau belum.
8. Kurangnya
pemahaman tentang dirinya, terutama potensi dasar (bakat, minat, sikap,
kecakapan, dan cita-cita) yang terkait dengan dunia kerja yang akan dimasukinya
kelak. Keberhasilan atau kenyamanan dalam suatu karier amat dipengaruhi oleh
kemampuan individu memahami dan menilai potensi dasar yang dimilikinya. Oleh
karena itu, maka setiap siswa perlu dibantu untuk memahami potensi dasar
dirinya, sehingga menentukan pilihan atau mengambil keputusan yang sesuai
dengan dunia kerja pilihannya itu.
9. Kurangnya
kesadaran nilai-nilai yang ada pada diri dan masyarakatnya, sehingga
menumbuhkan sikap negatif terhadap dunia kerja. Sikap negatif berarti bahwa
individu tidak mau bekerja dalam bidang pekerjaan apa pun dan tidak sesuai
dengan norma agama yang dianutnya
10. Kurangnya pengetahuan mengenai
lingkungan pekerjaan yang berhubungan dengan potensi dirinya serta pemahaman
jenis-jenis pendidikan dan/atau pelatihan yang diperlukan untuk mengembangkan
karier dalam bidang pekerjaan tertentu. Melalui pengetahuan dan pemahaman
tersebut individu terdorong untuk membentuk identitas karier dengan cara
mengenali ciri-ciri pekerjaan, persyaratan yang dituntut, lingkungan pekerjaan,
prospek kerja, dan kesejahteraan kerja.
11. Tidak dapat menemukan dan
mengatasi hambatan-hambatan yang disebabkan oleh faktor diri dan lingkungannya.
12. Tidak mampu merencanakan masa
depan, yaitu tadak mampu merancang kehidupan secara rasional untuk memperoleh
peran-peran yang sesuai dengan minat, kemampuan, dan kondisi kehidupan
sosial-ekonomi.
13. Tidak mampu membentuk pola-pola
karier yang berhubungan dengan kecenderungan arah karier. Misalnya, apabila
seorang siswa bercita-cita menjadi pemandu wisata, dia senantiasa harus
mengarahkan dirinya kepada kegiatan-kegiatan yang relevan dengan karier
kepariwisataan.
14. Kurang mempunyai motivasi untuk
mencari informasi tentang dunia kerja.
F. Teori
Yang Berkaitan Dengan Permasalahan Yang Dialami Siswa SMA/SMK
1.
Teori Myers-Briggs Type
MBTI atau
Myers-Briggs Type Indicator mengenal tipe kepribadian adalah sebuah alat yang mempunyai
cukup banyak kegunaan. Jung mengatakan bahwa setiap orang memang memakai
persepsi-persepsi yang berlawanan ini sampai serajat tertentu dalam
masing-masing dimensi (EI, SN, TF) saat menghadapi seseorang atau sebuah
situasi, tetapi mereka cenderung memiliki satu kesukaan akan satu cara dalam
memandang dunia. Mereka menjadi lebih terampil dalam membuat keputusan dengan
cara berpikir atau merasakan dan dapat berfungsi sebagi seorang ekstravet di
satu waktu dan sebagai seorang introvert di waktu lain, tetapi mereka cenderung
mengembangkan pola yang paling khas dan paling nyaman. Katherine Briggs dan putrinya,
Isabel Briggs Myers, merasa yakin bahwa teori Jung dapat diterapkan untuk
meningkatkan pemahaman manusia (Myers, 1980). Mereka mengembangkan suatu
instrument berdasarkan teori Jung yang memungkinkan seseorang mempelajari jenis
perilakunya sendiri sehingga dapat memahami dirinya sendiri dengan lebih baik
berkaitan dengan cara mereka berinteraksi dengan orang lain. Intrumen itu
menggunakan pertanyaan dengan pilihan terikat dan pasangan kata seperti yang
diperlihatkan berikut ini :
1. Extraversion-Introversion
(EI)
mencerminkan suatu orientasi terhadap dunia luar manusia dan benda ataupun
dunia-dalam yang berupa konsep dan ide. Dimensi ini memperlihatkan sampai
sejauh mana perilaku kita ditentukan oleh sikap kita terhadap dunia. Jung
menemukan istilah dari bahasa Latin yang berarti berpaling kearah luar
(extraversion) atau berpaling kearah dalam (introversion). Jung mengatakan
bahwa ekstravet dapat bekerja dengan nyaman dan sukses jika berinteraksi dengan
hal-hal di luar diri mereka, seperti orang lain, pengalaman, dan situasi.
Ekstravet suka mengklarifikasi pikiran dan idenya dengan cara berbicara dan
berbuat
2. Sensing-intuition
(SN) menjelaskan
persepsi sebagai suatu yang langsung datang dari pancaindra atau secara tidak
langsung dari bawah sadar. Dimensi ini menjelaskan bagaimana orang memahami apa
yang sedang dialami. Orang yang masuk dalam katagori penginderaan ini memandang
dunia melalui indra mereka-penglihatan, pendengaran, sentuhan, pengecapan, dan
penciuman. Mereka mengobservasi apa yang nyata, apa yang factual, dan apa yang
sebenarnya terjadi. Dengan melihat (atau pengalaman penginderaan lainnya) baru
dapat dipercaya. Fungsi penginderaan ini memungkinkan seseorang untuk mengobservasi
dengan seksama, mengumpulkan fakta, dan berfokus pada tindakan yang praktis.
Sebaliknya, mereka yang dikaitkan dengan katagori intuisi cenderung membaca secara
tersirat dari yang tertulis, berfokus pada makna, dan memperhatikan apa yang
ada dan apa yang akan terjadi.
3. Thinking-Feeling
(TF) adalah
pendekatan yang digunakan oleh seseorang untuk mendapatkan keputusan melalui
proses yang tidak pribadi, logis, atau subjektif. Para pemikir menganalisis
informasi, data, situasi, dan manusia serta membuat keputusan berdasarkan
logika. Mereka berhati-hati dan lambat dalam menganalisis data karena keakuratan
dan kesuksesan penting bagi mereka. Mereka yakin akan objektivitas dan juga pada
perkiraan yang logis dan argument yang rasional. Para pemikir menjelajahi dan menimbang
semua alternative, dan keputusan akhir didapat tanpa emosi dan dengan
hati-hati. Didalam dimensi perasaan, sebaliknya, pendekatan terhadap pembuatan
keputusan adalah melaui perspektif yang subjektif, perseptif, empatik, dan
emosional.
4. Judging-Perceiving
(JP) tipe
dikotomi yang terakhir ini ingin melihat derajat fleksibilitas seseorang.
Judging disini bukan berarti judgemental (atau menghakimi). Judging disini
diartikan sebagai tipe orang yang selalu bertumpu pada rencana yang sistematis,
serta senantiasa berpikir dan bertindak secara sekuensial (tidak melompat- lompat).
Sementara tipe perceiving adalah mereka yang bersikap fleksibel, adaptif, dan bertindak
secara random untuk melihat beragam peluang yang muncul.
Keunggulan
a.
Dirancang
untuk mengimplementasikan teori.
b. Berdasarkan
teori, ada dinamika hubungan yang khusus antar skala, yang kemudian akan
mengantar penjelasan tentang 16 tipe karakteritik kepribadian.
c. Deskripsi
tipe-tipe ini dan teorinya sebenarnya dapat dijelaskan dalam kerangka
perkembangan manusia seumur hidupnya. Skala ini memperhatikan fungsi dasar
manusia yaitu persepsi Judgment yang selalu ada di perilaku manusia,
sehingga sangat bermanfaan untuk digunakan dalam hidup sehari-hari.
d.
Hasil
dari Myers-Briggs Theory Indicator ( MBTI) tidak bersifat menilai sehingga
tidak ada yang baik dan buruk.
Kelemahan
a.
Teori
Myers-Briggs kurang memperhatikan adanya perbedaan individu sehingga akan
mempengaruhi hasil tes MBTI.
b.
Walaupun
teori ini bertahan lama namun validitas dari tes MBTI masih perlu
dipertanyakan.
c.
Hasil
dari tes MBTI bersifat statis, hanya berorientasi pada hasil dari tes MBTI.
Solusi
:
Dengan memakai teori ini untuk mengatasi
permasalahan yang dialami siswa SMA/SMK, sebagai guru BK melakukan cara melihat
seperti apa kepribadian siswa tersebut agar bisa mengetahui siswa tersebut
cocok untuk jenis pekerjaan yang seperti apa jadi siswa pun tidak bingung
memilih pekerjaan apa yang ia pilih. Sebagai guru BK agar mengetahui bagaimana
kepribadian siswanya dengan memahami apa saja kepribadian yang dimiliki
siswa-siswanya.
2. Teori Trait And Factor
Istilah “trait”
merujuk pada karakteristik individu yang dapat diukur melalui tes, “factor”
merujuk pada karakteristik yang dibutuhkan untuk penampilan kerja yang sukses.
Jadi, menurut Sharf,1992 (di dalam Boharudin, 2011) istilah “trait and factor”
merujuk pada penilaian karakteristik individu dan pekerjaan. Corak konseling
ini di kenal juga dengn nama directive conseling atau Counselor centered conseling, karena
konselor secara sadar mengadakan stukturalisasi dalam proses konseling dan
berusaha mempengaruhi arah perkembangan konseli demi kebaikan konseli sendiri. Teori
dari Parson disebut sebagai teori “Trait and Factors” atau sifat dan faktor.
Yang dimaksud dengan Trait adalah suatu ciri yang khas bagi seseorang dalam
berfikir, berperasaan, dan berperilaku seperti intelegensi (berfikir), iba hati
(berperasaan), dan agresif (berperilaku).
Beberapa ahli
psikologi telah mencoba untuk menemukan seperangkat ciri dasar yang terbatas
jumlahnya, dengan menganalisis data hasil testing psikologis melalui teknik
statistik yang disebut Factor Analysis, sehingga ciri-ciri dasar yang mereka
temukan disebut factors. Teori Trait and Factors adalah pandangan yang
mengatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilukiskan dengan
mengidentifikasikan sejumlah ciri, sejauh tampak dari hasil testing psikologis
yang mengukur masing-masing dimensi kepribadian itu.
Tahap
1 : Memperoleh Pemahaman Diri
Pada tahap ini
dideskripsikan minimal lima jenis tes yang sering digunakan oleh konselor dalam
konseling karir trait ang factor, yaitu bakat (aptitudes), prestasi, minat,
nilai-nilai dan kepribadian. Berikut penjelasan dari kelima jenis tes tersebut.
a.
Bakat
(Aptitudes)
Tes bakat digunakan untuk
memprediksi level kemungkinan yang akan terjadi dan kemampuan individu untuk
melaksanakan tugas. Bakat individu dapat diketahui melalui tes.Instrumen tes
yang biasa digunakan dalam pengukuran bakat ini antara lain: Baterai Primary
Mental Abilities (PMA) dari Thurstone, differential Aptitude Tests (DAT)
terbitan Psychological Corporation, the ACT Assessment Program Academic Tests
(ACT), dan Armed Services Vocational aptitude Battery(ASVAB). Di Indonesia
untuk mengukur bakat individu dugunakan tes yang bernama Intelligence Structure
Tests (IST) yang terdiri dari 9 aspek bakat.
b.
Prestasi
(Achievements)
Sharf (1992) (di dalam Boharudin,
2011) mengemukakan bahwa”achievement refer to a board range of events that
individuals participate in and accomplish during their lifetime”. Prestasi
dapat dibagi kedalam tiga tipe,yaitu: pertama, prestasi akademik, biasanya
diukur dengan angka,tetapi dengan skor tes khusus. Kedua, prestasi dalam kerja,
seperti kesempurnaan tugas-tugas. ketiga, yang sangat cocok dengan teori trait
and factor, yaitu prestasi yang terkait dengan syarat-syarat untuk memasuki
dunia kerja. Prestasi dapat diukur secara kuantitaif melalui tes-tes yang
digunakan untuk memasuki salah satu profesi.
c.
Minat
(Interests)
Menurut Kamisa (1997) (di dalam
Boharudin, 2011)Minat diartikan sebagai kehendak, keinginan atau kesukaan.
Minat adalah sesuatu yang bersifat pribadi dan berhubungan berat dengan
sikap.Minat dan sikap merupakan dasar bagi prasangka, dan minat juga penting
dalam mengambil keputusan. Minat dapat menyebabkan seseorang giat melakukan
sesuatu menuju ke sesuatu yang telah menarik minatnya. Hurlock(1986) (di dalam
Boharudin, 2011) mengatakan bahwa minat merupakan sumber motivasi yang
mendorong orang untuk melakukan apa yang merela inginkan bila mereka bebas
memilih.
d.
Nilai-nilai(values)
Nilai-nilai melambangkan sesuatu yang penting. Nilai-nilai sebagai suatu yang sulit untuk memperkirakan kemungkinannya. Nilai-nilai yang sangat penting dalam konseling karir yaitu nilai-nilai umum dan nilai-nilai dunia kerja. Adapun maksud dari pengetahuan mengenai nilai-nilai ini adalah agar individu mampu memutuskan arah karir yang jelas.
e.
Kepribadian
(Personality)
Pengukuran dari kepribadian telah
menjadi area penting dari belajar dan berguna untuk mengkonseptualisasikan
individu dalam pilihan vokasional. Minimal terdapat tiga jenis instrument untuk
mengukur kepribadian individu, yaitu California Psychological Inventory(CPI),
the sixteen Personality Factor Questionaire(16 PF). Konselor dapat mencocokan
profil kepribadian konseli dengan karir yang cocok.
Tahap
2 : Memperoleh Pengetahuan tentang Dunia Kerja
Informasi pekerjaan ialah unsure penunjang kedua dari teori trait and factor. Peran konselor adalah membantu konseli untuk mengumpulkan informasi pekerjaan. untuk mengumpulkan informasi tidak perlu tergantung hanya kepada pengetahuan karir seorang konselor, tetapi menggunakan banyak sumber untuk menambah pengetahuan ini. Jenis-jenis informasi pekerjaan, informasi pekerjaan dapat dieksplorasi dari berbagai sumber yang berbeda, contohnya melalui brosur yang dibuat oleh asosiasi pekerjaan professional, pamphlet yang bisa didapatkan melalui penerbit khusus yang menangani tentang informasi pekerjaan.tipe informasi yang paling penting untuk konselor adalah mengetahui uraian tentang berbagai jenis pekerjaan.
Keunggulan
1.
Teori
ciri dan sifat menerapkan pendekatan ilmiah pada konseling.
2. Penekanan
pada penggunaan data test objektif, membawa kepada upaya perbaikan dalam
pengembangan test dan penggunanya serta perbaikan dalam pengumpulan data
lingkungan.
3.
Penekanan
yang diberikan pada diagnosis mengandung nama sebagai suatu perhatian terhadap
masalah dan sumbernya mengarahkan kepada upaya mengkreasian, teknik-teknik untuk
mengatasinya.
4. Penekanan
pada aspek kognitif merupakan upaya menyeimbangkan pandangan lain yang lebih
menekankan afektif atau emosional .
Kelemahan
1.
Kurang
diindahkan adanya pengaruh dari perasaan, keinginan, dambaan aneka nilai budaya
(cultural values), nilai-nilai kehidupan (personal values), dan cita-cita
hidup, terhadap perkembangan jabatan anak remaja (vocational development) serta
pilihan program atau bidang study dan bidang pekerjaan (vocational choice).
2.
Diandaikan
bahwa pilihan jabatan dan pilihan program study terjadi sekali saja dan ini pun
bersifat keputusan terakhir atau devinitif, dengan berfikir secara rasional.
Padahal, pilihan seperti ini tidak dibuat sekali saja, tetapi dibuat secara
bertahap-tahap dari pilihan intermedia sampai pada pilihan definitive dan bukan
hanya berdasarkan proses berfikir rasional saja.
3.
Kurang
diperhatikan peranan keluarga dekat, yang ikut mempengaruhi rangkaian pilihan
anak dengan cara mengungkapkan harapan,dambaan dan memberikan pertimbangan
untung rugi sambil menunjuk pada tradisi keluarga,tuntutan mengingat ekonomi
keluarga,serta keterbatasan yang konkret dalam kemampuan financial,dan
sebagainya.
Solusi :
Dengan memakai teori
ini untuk mengatasi permasalahan yang dialami siswa SMA/SMK, sebagai guru BKdapat
membantunya memahami siswa-siswanya, minat-minat, bakat-bakat, nilai-nilai dan
keterampilan-keterampilannya. Sebagai guru BK dengan memberikan pengarahan atau
masukkan tentang karir untuk di masa depan. Sebagai contoh ada siswa yang
prestasi intelegensinya tinggi mempunyai
bakat khusus dalam bidang studi matematika, cukup mampu dalam pengamatan ruang,
berbakat dalam ektrakulikuler dan mempunyai minat yang mengarah kepada
pekerjaan sosial. Maka sebagai guru BK/konselor mampu memberi masukkan siswa
tersebut cocok untuk dijalur mana dalam menentukan karir kedepannya.
Referensi
:
Widarto.
2015. Bimbingan Karier. Yogyakarta :
PT. Leutika Nouvelitera.
Teori Trait And Factor
Makalah. http://gudangilmukita212.blogspot.com/2017/01/teori-trait-and-factor-makalah.html?m=1.
Diakses 17 Februari 2017.
Trias Ristian. Dkk. Jurnal
Pendekatan Teori Trait dan Factor dalam Pengambilan Keputusan
Karir. Undhiksa
Permasalahan
karir jenjang pendidikan. http://umifdl.blogspot.com/2015/07/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html?m=1. Diakses 12 Juli 2015.
Walgito,Bimo.2010.Bimbingan
dan Konseling (Studi dan Karir ). Yogyakarta : Penerbit Andi.




Komentar
Posting Komentar